Beras adalah makanan yang indah. Indah saat ditanam. barisan sempurna batang nan hijau dan berbinar, bermekaran, dan merengkuh panasnya sinar matahari. Indah saat dipanen, ikatan padi berwarna emas musim gugur yang ditumpuk di pematang dari sawah yang berpetak-petak. Indah saat dimasukan ke karung-karung setelah digiling, seperti aliran benih mutiara kecil. Indah saat dimasak oleh tangan sang ahli, putih suci dan manis mewangi.
Beras jangan kau genggam terlalu keras, jika kau genggam terlalu keras maka akan keluar dari selangkangan jari-jari tanganmu. Peganglah beras dengan lembut maka ia tak akan pergi ataupun keluar dari selangkangan jari-jarimu tanganmu.
Beras hanyalah benda kecil tetapi jika di satukan setiap butiran dan dikumpulkan menjadi satu maka ia akan bisa menghidupi seluruh manusia makhluk di muka bumi ini. Ia tak tersenyum dan tak bersedih di hadapan tuan-tuannya. Hanya saja ia bisa menjadi dan berprilaku seperti manusaia karena ia makhluk hidup yang telah di ciptakan ALLAH. Filosofi beras dapat kau terapkan pada kehidupan sehari-hari. Dari butir per-butir dan menjadi tumpukan sampai ia bisa menjadi sebuah alat pemuas untuk mengurusi dan menghidupkan tuan-tuannya. Ia tak ber-akal, tak ber-tangan, tak ber-kaki bahkan tak ber-tubuh seperti makhluk-makhluk Allah. Tetapi ia menjadi besar dan melebihi makhluk-makhluk Allah manfaatnya.
Banyak orang-orang berperang dan saling membunuh hanya karena urusan perut yang masing keroncongan. Banyak orang-orang baku hantam dengan tubuhnya hanya karena urusan ia sudah makan atau belum.
Kurang bersyukur dan hanya taunya meminta dan menuntut keinginan nafsu menjadikan mereka rakus akan duniawi. Seperti Seorang manusia sudah seharusnya memahami hakikat hidupnya di dunia: Dari mana ia berasal, untuk apa hidup dan bagaimana dia harus menjalani hidupnya, serta kemana setelah mati? Sudah sewajarnya bila setiap manusia memahami hal ini. Pemahaman akan hakikat hidup sangatlah penting, oleh karena ia akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang. Saking pentingnya persoalan ini, sampai mungkin bisa dikatakan, janganlah kita hidup sebelum memahami apa sebenarnya hakikat hidup kita itu. Tapi tidak sedikit manusia yang tidak memahami, bahkan kehilangan makna hidupnya yang hakiki ini. Ada yang terhanyut oleh pola hidup sekuler, ada pula yang acuh tak acuh menjalani hidupnya. Padahal, memahami hakikat hidup bukan hal yang sukar bagi seorang manusia. Pada diri manusia sebenarnya telah diberikan bekal dan potensi, berupa daya pikir (akal) dan fitrah yang melekat pada manusia sejak dia diciptakan oleh Allah SWT (Tuhan alam semesta ini).
Allah SWT telah memberikan panca-indera, sebagai salah satu unsur penting untuk proses berpikir. “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur.” (QS An Nahl : 78).
Jika kita ambil benang merahnya tentu kita akan tahu bahwa hidup adalah kenikmatan. Tak perlu mengeluh tak perlu banyak bersedih karena hidup manusia hanya melaksanakan “amanah” yang di berikan Tuhan yang maha Esa. Bukan bertanya dan juga bukan menuntut melainkan memberi dan mengingatkan satu sama lain.
Posting Komentar untuk "Filosofi Beras"