Close Order: Tuhanku, Ku-Pangku

 

Bercerita tentang politik di malam yang penuh dengan kesibukan private dari generasi muda bangsa, dari si mulut sang pemuda, yang berada di depan mata. Teman yang hadir dari ternate menemaniku pada malam ini, untuk ngobrol segala macam kalimat yang terus berhamburan. Dengan di temani bercangkir-cangkir kopi, minuman air putih dan berbungkus-bungkus rokok, hanya untuk menghisap kenikmatan dari batangan rokok yang sudah di bakar pucuknya,  dengan tujuan untuk dijadikan sebuah tenaga berfikir.

Aku memancing obrolan dengan sebuah pertanyaan hanya untuk mengisi kekosongan waktu malam yang panjang. Isi pertanyaan itu mengenai status sosial dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang sibuk dengan  perbedaan kaya dan miskin, jabatan dan budak, kekuasaan dan rakyat jelata, mayoritas dan minoritas, sampai pada akhirnya TUHAN-pun harus di perdebatkan oleh mereka yang merasa dirinya Benar.

Sedikit kuterpaku pada isi obrolan di malam itu, temanku menyampaikan argumen mengenai revolusi industri 4.0 yang sedang trending topik dikalangan para kaum intelektual. Yang pastinya bukan orang-orang tua di desa.

Terkadang aku juga agak jengkel kenapa kita malah sibuk dengan industri 4.0 itu, padahal bukan kita yang membuat, hanya opini yang di narasikan oleh orang-orang yang terlalu pintar sehingga harus menciptakan sesuatu yang tidak terduga.

Lalu kuhisap batangan rokok yang telah aku bakar pucuknya untuk menciptakan ide-ide yang kurang bagus, heheh...sorry ya kata-kataku nggak bisa terlalu tinggi karena aku takut jatuh ke dalam lubang yang dalam.

Tapi kadang aku juga berfikir, untuk mendapatkan esensi dari industri 4.0 yang kadang kala juga membuat akal aku bergoyang-goyang. Ups, sorry ya!! bergoyang-goyang juga mempunyai banyak arti ya, apa lagi goyang-goyang di dalam sangkar dan berduaan, hehehe... Tolong pikirannya di kondisikan ya, Jangan ngeres..!!!, maksud aku bergoyang-goyang disini akal fikiran yang tidak bisa konsentrasi atau fokus. Wkwkwkwkw!!!.

Kembali kepada alur catatan kecil ini, aku luruskan agar tak lari dari jalan yang lurus tapi juga bukan harus mengatakan bahwa alur catatan ini adalah kebenaran. Industri 4.0 yang hadir di indonesia membuat Akal manusia puyeng-puyeng tak tentu arah, hehehe berearti hampir mau stres ya, karena terlalu banya pyengnya, wkwkw.

Aku lanjutkan lagi untuk mengetik hasil pikiranku malam ini. Yang aku tau memang banyak esensi terselip dari kalimat itu, sehingga manusia-manusia itu tidak bisa mengambil seluruh esensi nya, dan pada akhirnya banyak makna yang di penggal dan dijadikan panutan untuk berargumen dimana-mana. Ku sebut itu manusia sesat karena suka memenggal makna. Jahat bener ya bahasanya,heheh. Tapi memang harus aku sampaikan, karena sudah tidak bisa menahan amarah untuk ku katakan, bukan berarti aku ego dan mudah emosi ya, lalu aku tertawa lagi, hehehe!!

Manusia sudah bisa hidup dan mati dengan tekhnologinya (tidur dan tidak tidur), akal manusia mulai merasakan kebingungan karena tangan dan matanya tak bisa jauh dari tekhnologi. Lalu siapakah yang pintar, cerdas dan bijak, kalau manusia yang berakal dan berhati, kini sudah mulai tak berakal dan tak berhati, malah lebih pintar, cerdas dan bijaknya tekhnologi.

Kebayang nggak sih, kalau suatu waktu nanti tekhnologi bakalan menguasai akal pikiran manusia, sudah bisa menjadikan manusia babu atau budak, sudah bisa menjadikan manusia asisten tekhologi, waw!! Nggak kebayang, gimana jadinya ya, kalau itu sampai terjadi.

Hehehe jangan terlalu banyak di bayangin ya, karena nanti kamu bakalan stres sendiri, itu pesan dari si-penulis. Sebanarya masih banyak contoh-contoh yang lain, hanya saja terlalu ribet jari-jariku untuk mengetik setiap huruf agar bisa menjadi kata-kata dalam catatan ini. Hehehe!!!

Manusia senang dengan detik-detik kehidupan seperti itu, mereka menikmati sampai lupa diri untuk makan dan mandi tepat waktu. Ya kadang kala ujung-ujungnya ada yang lagi kelaparan di waktu beraktivitas, ada yang ngantuk di waktu lagi berkendara, bahkan ada yang lupa kalau mereka sudah menciptkan kehidupan anti sosial dalam hidup bertatap muka, itu semua karena kesibukan hidup mereka yang selalu ditemani tekhnologi tercinta.

Gi.....la!! saking  mesranya mereka harus bercinta dengan tekhnologi, disetiap detak jantung yang ia miliki, tapi untungnya tekhologi tidak bisa hamil dan melahirkan seperti manusia, tertawa lagi, heheh!!!. Sampai aku berfikir rupanya tidak ada manusia yang berjenis kelamin yang jomblo setiap detik kehidupannya, karena kejombloannya sudah ada kekasih yang tak lepas dari detik-detik kehidupan manusia..  Wkwkwkwk.

Eh, malam ini pun aku sedang ngumpul bareng dengan manusia yang lagi baik-baikan bermunajat untuk berkomunikasi tatap muka, sehingga kami harus saling mencium dan mengkulum kata-kata yang bersahutan.

So, sorry kali ini aku harus kasi tahu nama-nama manusia yang berada di sekelilingku,  dalam beberapa waktu yang tidak lebih dari 8 jam, duduk dikursi yang berbeda tetapi tetap satu meja papan yang terbuat dari kayu indonesia.

Ada namanya Abdillah dari ternate yang manis rupawan, tidak juga tampan-tampan benar, tapi aku percaya kalau ia baik hatinya, ada Asrhaf dari makasar yang cool dan tampan tapi tidak bisa mengalahi manisnya Abdillah, ada Dilla yang imut mukanya karena memang DNA nya yang berbeda, MUNGKIN!!!!HEHE, ada Zahro yang terlahir dengan kalem mukanya tapi tetap cantik rupawan, ada Siska yang terlahir dengan celotehannya yang lancar tetapi tetap dengan lifestyle-nya yang tranding dikalangan anak gadis jaman now,

Nah...!! Kali ini ada satu perempuan yang tidak kalah hebatnya dengan perempuan atau laki-laki yang diam di meja yang sama, yaitu Putriana yang cantik dan dewasa pemikirannya tetapi tetap dengan lifestyle yang super duper maknyus..!! heheheh.

Tapi aku yakin malam ini semua itu adalah manusia yang berdenyut nadi dengan satu aliran darah yang sama, yaitu Indonesai dengan burung Garudanya, Pancasila sebagai ideologi pertama dan Merah Putih sebagai benderanya. Pokoknya semua manusia yang hadir dimalam ini adalah manusia yang lahir dirumah yang sama dan saudara kita semua. Heheh, sorry ya kalau agak “ego” sehingga memakai kata Pokoknya.

Malam ini pun kusebut dengan sebuah sebutan manusia terhormat dalam dunia kegelapan yaitu syurga dunia yang telah Allah berikan, karena masih adanya manusia yang hidup dengan sebuah aliran perbedaan fisik, pikiran, pakaian, agama, tradisi, suku, dan budaya yang sangat menguntungkan sebuah Negri ke-Bineka Tunggal Ikaan ini.

Merekapun lalu berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing karena harus pulang ke-rahim ibunya untuk berteduh dengan kelembutan dan kasih sayang dari rumah-rumahnya.

Lalu kututup mata sebentar dan aku diam untuk tidak bersuara agar hati dan akal-ku bisa kusatukan, biarpun hanya sebentar, agar aku mendapatkan sebuah rangkaian kata-kata untuk ku-catat dan ku-jadikan kalimat dalam tulisan dijalan hidupku di dunia.

Serasa tenggorokan pun mulai kering, dan aku harus pesan minuman untuk menghilangkan rasa dahagaku, sejenak kupanggil karyawan warung kopi, lalu aku satukan setiap kata-kata untuk kujadikan kalimat pesanan, “Mas, bisa minta tolong saya mau beli minuman air hangat dan segelas kopi susu dingin?” Karyawan itupun lalu menjawab, sebentar ya saya buatkan dulu. Saya menjawab dengan kata-kata, ok mas, saya tunggu.

Kebayang nggak kalau susu itu cap manusia murni, heheh!!! Untungnya susu itu bukan cap susu manusia murni, bahayanya berkali-kali lipat karena harus di pertanggung jawabkan di hadapan para insan ciptaan Tuhan. “tapi jangan ngeres ya...!!” satu pesan lagi dari si penulis.

Lalu aku stop untuk berkata-kata lagi, aku DIAM..!!

Aku mulai mengetik tombol-tombol di notebook-ku lagi, untuk ku-catat sebuah hasil akal fikiranku. Nggak terasa waktu sudah menunjukkan pukul satu malam, malam terus berlarut-larut dengan kegelapannya dan waktu terus berjalan setiap detik-perdetikna.

Aku menguji imajnasiku dan merasakan bahwa malam itu, semua manusia yang hidup menghembuskan nafas untuk menuju waktu berakhirnya hembusan nafas terakhir.

Ntah kenapa, ada kesan yang berbeda malam itu, manusia disekelilingku telah mati untuk hidup di dalam kesadaran berfikir, untuk menuju Tuhannya.

Pada akhirnya warung kopi itu "close order" (tidak menerima pesanan).

Tapi aku terus saja menikmati duduk di kursi kayu, orang berfikir dan merasa kursi kayu tidak lembut, kursi kayu itu keras, ia kasar dan ia sakit untuk di duduki, jadi kau jangan lama-lama duduk di kursi kayu itu, katanya (manusia).

Tapi aku tetap bertahan pada prinsip pikiran akal dan hatiku untuk tetap duduk dikursi kayu itu, karena bagiku kursi kayu itu empuk dan nyaman (kenikmatan). Sebagian hidupku telah kugantung-kan pada kayu-kayu itu, mereka (kayu) memberikanku hidup, memberikan ku makan, memberikanku nafas, makanya aku merasa semua itu hanya persoalan rasa, rasa apa? rasa siapa? dan rasa seperti apa?

Lalu kututup rasaku, agar tidak ada pertentangan dan pertemuan, karena bagiku saat ini adalah kenikmatan ber-nafas dari ALLAH-ku. Aku mengintip sedikit pintu di rasa yang berbeda, dan bertanya, apa rasa mereka yang berada di balik pintu itu, sama dengan rasa-ku dana rasa-rasa yang lain?

Lalu aku diam kembali..!!

Aku tidak mendapatkan jawaban kata-kata. Tapi aku tetap terus berfikir, berfikir dengan santun agar hatiku tidak marah atas kekasaranku menggunakan dan memanfaatkannya. Tetap saja, yang aku rasa hanya perbedaan rasa yang ada di dalam waktu itu, rasanya ber-Tuhan, rasanya ber-nafas dan rasanya menikmati sesuatu, sampai aku menemukan perdamaian dalam diri.

“Merasakan kenikmatan ber-Tuhan jangan menjadikannya sebuah Persoalan dan Permasalahan hidup di dunia, tetapi merasakan kenimatan Ber-Tuhan harus bisa menjaga perasaan dan meluruskan pikiran untuk tetap bersahabat dengan perbedaan”.

 

Penulis: Muhammad Hotip (Aktivis Keberagaman, Aktivis PMII)

Posting Komentar untuk "Close Order: Tuhanku, Ku-Pangku"